""selamat datang di blog elick magai""

Selasa, 14 Desember 2010

Kembang Api dan Sinterklas Meriahkan Natal di Papua

JAYAPURA, SABTU- Memasuki bulan Desember, masyarakat Papua yang mayoritas Nasrani (pemeluk Kristen Protestan dan Katolik) sibuk mempersiapkan pesta Natal, kelahiran Yesus Kristus yang tampak antara lain. Salah satunya adalah semakin maraknya penjualan kembang api dan peragaan kelompok-kelompok "Sintarklas"  (Santo Nikolas) di berbagai sudut kota dan kampung untuk mengunjungi anak-anak sambil mambagikan hadiah (kado) Natal.
Pantauan ANTARA di Jayapura, Jumat (4/12) dan Sabtu, para penjual kembang api menggelar produknya di sepanjang trotoar, terutama di Jalan Achmad Yani, jantung Kota Jayapura akibatnya ruang gerak bagi para pengguna trotoar semakin sempit.
Kembang api yang dijual diakui para pedagang berasal dari Jawa, terutama Jakarta. Model kembang api beragam dan kebanyakan berbentuk tangkai.
 Menurut Ani, salah seorang penjual kembang api, yang paling banyak diminati para pembeli adalah model kembang api yang berukuran besar.
Kembang api ini berbentuk seperti roket dengan sumbu yang menjulur pada salah satu ujungnya. Begitu sumbu disulut api, kembang api akan melayang  ke udara sembari memercikkan api dan menimbulkan suara keras.
"Pembeli kembang api jenis ini biasanya orang-orang dewasa, harganya pun lumayan mahal dan untuk kembang api yang besar, harganya Rp 250.000 per buah," jelas Ani.
Sedangkan untuk anak-anak, biasanya mereka hanya memainkan kembang api yang bentuknya sederhana dan murah harganya.
Rudi, salah seorang penjual kembang api yang memulai berjualan sejak pagi hingga malam hari menuturkan, kembang api yang berbentuk tangkai adalah yang paling banyak dibeli anak- anak. "Soalnya kalau yang model- model roket, harus hati- hati membakarnya,"  katanya.
Untuk kembang api yang berukuran sederhana ini Rudi mematok harga antara Rp 1.000 hingga Rp 10.000.
Menurut Ani, penjualan kembang api akan semakin meningkat ketika sudah mendekati puncak hari raya Natal 25 Desember dan Tahun Baru 1 Januari 2009.  "Kami akan terus berjualan kembang api hingga memasuki bulan Januari 2009," katanya.
Salah seorang pembeli kembang pai, Carlos Henriques, mengakui kalau dirinya sangat senang bermain kembang api di rumah bersama keluarga lainnya. "Apalagi menjelang Natal, pasti di rumah kumpul semua anggota keluarga. Jadi, tambah ramai kalau sambil main kembang api,"  katanya.
Sinterklas
Selain kembang api,  semarak Natal pun dapat disaksikan melalui pertunjukkan sinterklas, yaitu sebuah tradisi Natal yang diimpor dari Negeri Belanda ratusan tahun lalu.
Pada Jumat (5/12) beberapa kelompok orang muda dan anak-anak mengendarai mobil terbuka sambil mendatangi anak-anak di setiap kampung atau sudut kota untuk membagi-bagikan hadiah atau kado Natal.
"Sinterklas mengelilingi komplek perumahan Bumi Cenderawasih Damai Kotaraja sambil membagi-bagikan kado Natal berupa manisan dan coklat untuk anak-anak sehingga suasana Natal semakin semarak," kata Carlos Henriques.
Menurut tradisi di Negeri Belanda, pada 5 Desember, Santo Nikolas salah seorang Uskup yang hidup pada abad IV dinobatkan sebagai Bapa Pelindung dan Penyayang Bocah. Pada setiap pesta Natal di Negeri Belanda, semangat Nikolas menyayangi anak-anak dan membagi-bagikan hadiah untuk anak-anak dihidupkan kembali.
Dengan berdandan jubah merah dan topi Uskup yang tinggi, dengan jenggot palsu yang memutih, make-up wajah seorang bapak yang sudah tua,   seseorang berperan sebagai Santo Nikolas pergi kemana-mana mendatangi anak-anak membagi-bagikan kado Natal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar